08 Kun Lun Hiap Kek

08. Keganasan Calon Isteri Tercinta

Pada saat itu, semua budak di dusun Loka ternyata sudah ikut berontak dan menyerbu rumah tiga orang tuan tanah yang lain. Tidak terdapat banyak perlawanan pada tuan tanah yang lain itu karena semua pendeta Lama mementingkan tuan tanah Yang Can untuk mereka lindungi

Tuan-tuan tanah yang lain itu siang-siang sudah melarikan diri, meninggalkan rumah dan harta benda mereka. Kini para budak sudah menggabungkan diri dengan budak- budak tuan tanah Yang Can sehingga kekuatan mereka benar-benar tak dapat dibendung oleh para tukang pukul yang biasanya galak-galak dan kejam-kejam

Akan tetapi, ketika melihat sepak terjang Ci Ying, semua pemberontak menjadi ngeri

Wang Sin dan Ong Hui yang sudah kehabisan lawan karena tukang pukul-tukang pukul yang masih hidup sudah pada melarikan diri cepat-cepat dari tempat pertempuran, kinipun memandang ke arah Ci Ying

Gadis ini menyeret tuan tanah Yang Can dan melemparkannya ke depan mayat Ci Leng. Kemudian sambil terisak-isak gadis ini menyambar sebuah kursi, lalu ia mengangkat mayat ayahnya dan mendudukkan mayat itu di atas kursi

Yang Can sudah menggigil seluruh tubuhnya, mukanya menyaingi muka mayat itu pucatnya dan ia mendeprok di atas tanah tidak bergerak lagi

Setelah puas menangis di depan mayat ayahnya yang sekarang duduk di kursi dengan kepala disandarkan ke belakang sehingga seperti sedang berdongak, Ci Ying membentak tuan tanah itu. "Hayo berlutut memberi hormat kepada tuan besar Ci Leng!"

Sambil berkata demikian tangannya mendorong pundak sampai tuan tanah itu roboh terguling. Dengan ketakutan hebat Yang Can lalu merangkak dan berlutut di depan mayat Ci Leng, mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tiada hentinya meminta ampun

"Ayah, ini musuh besarmu, anjing hina dina Yang Can minta ampun atas semua perbuatannya yang keji kepadamu. Ayah, sukakah kau mengampuninya?" Ci Ying berkata lagi sambil memandang ayahnya. Sikapnya demikian sungguh-sungguh seperti sedang bicara dengan seorang hidup dan hal ini membuat semua orang yang berada di sini melongo dan ngeri

Mayat Ci Leng masih lemas, belum kaku dan karena disandarkan tanpa ada yang memegangnya, tiba-tiba kepalanya terkulai ke kiri, Ci Ying cepat menahan tubuh ayahnya supaya jangan terguling dan membenarkan letak duduknya

"Ah, jadi kau tidak mau mengampuninya, ayah? Baik, anak akan mengambil jantungnya untuk ayah dahar." Mendengar ini, Wang Sin sendiri sampai menjadi pucat mukanya. Tidak salah lagi, gerak gerik dan omongan gadis yang menjadi tunangannya itu menandakan bahwa Ci Ying sudah miring otaknya. Tiba-tiba gadis itu yang sudah menggerakkan tangan, tertawa bergelak melihat Yang Can menggigil minta-minta ampun

"Ayah, biar dia merasai penderitaanmu lebih dulu." Setelah berkata demikian, begitu tangan kirinya bergerak dengan dua jari dibuka, sepasang mata tuan tanah itu telah ia korek keluar. Yang Can menjerit melolong-lolong kesakitan, dari dua matanya yang bolong keluar darah

Bukan main ngerinya. Sambil tertawa-tawa Ci Ying membawa dua biji mata itu kepada ayahnya dan memasukkan dua biji mata itu ke dalam rongga mata ayahnya yang sudah bolong. "Biar matanya menggantikan matamu, ayah," katanya lagi, suaranya nyaring tinggi dan masih merdu, akan tetapi mengandung pengaruh yang membuat orang merasa bulu tengkuknya meremang

"Anjing hina, sekarang berikan jantungmu kepada ayah!" Tangan kanannya bergerak dengan jari-jari terbuka dan..... sekali tusuk tangannya itu telah masuk ke dalam dada Yang Can dan di lain saat tangan itu sudah membetot keluar sebuah benda kecil kemerahan yang berlepotan darah

Itulah jantung Yang Can. Tubuh tuan tanah itu berkelonjotan tapi hanya sebentar, karena nyawanya telah meninggalkan tubuhnya. Dadanya terbuka lebar dan darah membanjir di lantai itu

Ci Ying mengambil sebuah meja, dan menaruh jantung manusia di atas meja yang dipasang di depan mayat ayahnya. Kemudian matanya menyambar ke sana-sini, lalu tubuhnya mencelat dan di lain saat ia telah menghampiri dua orang tukang pukul yang masih rebah merintih-rintih. Dua kali tangannya bekerja dan leher tukang pukul itu telah ia tabas hancur dan putus hanya dengan tangan kosong. Ia membawa dua kepala itu dan ditaruhkan di atas meja pula

Melihat ini, semua orang merasa ngeri. Wang Sin dan Ong Hui terkejut bukan main

Dengan tangan kosong sekali tabas memutuskan leher orang inilah kepandaian yang selain mengerikan, juga luar biasa lihainya. Saking heran dan seram, mereka tidak dapat mengeluarkan kata-kata, hanya mengikuti Ci Ying dengan pandangannya

Sambil tertawa Ci Ying masih mencari tukang pukul-tukang pukul yang belum mati dan seperti tadi, ia memutus leher mengambil kepala orang sampai sebentar saja meja itu penuh kepala tukang-tukang pukul dan pendeta-pendeta Lama yang belasan jumlahnya

"Itulah Thai-lek Pek-kong-jiu....." bisik Ong Hui, suaranya gemetar. Gadis ini adalah puteri seorang jagoan, sudah banyak ia menghadapi pengalaman-pengalaman hebat, sudah sering ia melihat orang-orang pandai dan ilmu-ilmu yang lihai, akan tetapi baru kali ini dia menghadapinya dengan hati berdebar ngeri. Ia pernah mendengar dari ayahnya tentang ilmu pukulan Thai-lek Pek-kong-jiu yang amat lihai, yang membuat tangan orang menjadi sekuat baja, setajam golok. Maka melihat perbuatan Ci Ying, tanpa terasa lagi ia mengeluarkan ucapan itu. Biarpun ia hanya berbisik di dekat suaminya, namun ternyata Ci Ying mendengarnya juga. Gadis ini cepat memutar tubuh dan sepasang matanya liar menentang Ong Hui

Tiba-tiba ia mengeluarkan pekik nyaring dan tubuhnya menyambar ke arah Ong Hui dengan tangan mencengkeram

Ong Hui kaget, cepat mengelak ke kanan. Ia merasai dinginnya hawa pukulan yang lewat di dekat lehernya, membuat ia bergidik. "Berbahaya......" katanya dalam hati

Sementara itu, Ci Ying kelihatan heran melihat serangannya tidak berhasil

Dikeluarkannya sabuk merahnya yang lihai dan ia hendak menyerang lagi. Akan tetapi Wang Sin melompat maju dan mencegat

"Ci Ying, jangan .....!"

Mendengar suara Wang Sin, gadis ini menengok dan agaknya baru ia teringat bahwa Wang Sin berada di situ. Ia ragu-ragu dan sambil memandang ke arah Ong Hui dengan mata liar penuh ancaman, ia bertanya

"Siapa dia .....?"

Wang Sin bingung. Kalau keadaan Ci Ying tidak seperti itu, tentu ia akan mengaku terus terang malah hendak bicara dengan jelas mengapa ia sampai menikah dengan gadis lain. Akan tetapi di situ banyak orang, pula keadaan Ci Ying demikian menyeramkan, ia khawatir akan terjadi hal-hal lebih hebat kalau berterus terang

"Dia .... dia orang sendiri, Ci Ying, bukan musuh."

Ci Ying tersenyum mengejek dan melempar rasa ejekan kepada Ong Hui. "Hemmm, baiknya ada tunanganku ini yang mengingatkan. Baiklah, melihat muka tunanganku, aku bebaskan kau dari kewajiban mengantar roh ayah."

Sebelum Ong Hui yang menjadi marah sekali itu sempat menjawab, seperti orang diingatkan, Ci Ying berpaling kepada Wang Sin, memegang tangannya dan berkata girang, "Ah, hampir aku lupa, Wang Sin. Cita-cita kita sejak dulu belum juga terlaksana. Sekarang selagi ayah masih duduk di sana, mari kita langsungkan perkawinan kita di depan ayah." Ia menarik tangan Wang Sin, diajak bersembahyang di depan mayat ayahnya

Wang Sin menjadi pucat. Tak terasa lagi ia merenggut tangannya, terlepas dari pegangan Ci Ying. Gadis itu memandangnya dengan kerling dan senyum seperti dulu ketika mereka masih berada di situ. Manis dan menarik. Ternyata gadis ini masih belum kehilangan sifat-sifat cantiknya masih menarik dan manis. Hanya sepasang matanya itu saja yang membuat jantung Wang Sin berdenyut tak enak. Sepasang mata yang membayangkan sinar aneh menakutkan. Apa yang sudah terjadi atas diri gadis ini?"

Melihat keraguan Wang Sin, Ci Ying bertanya, "Wang Sin, kanda Wang Sin yang baik, kenapa kau ragu-ragu?"

Wang Sin bingung tak dapat menjawab. Akhirnya ia menarik napas panjang dan bertanya, "Ci Ying, alangkah berubahnya engkau. Apakah yang sudah terjadi dengan dirimu? Bagaimana kau tahu-tahu bisa memiliki kepandaian sehebat ini?"

Ci Ying tertawa, masih merdu dan nyaring, akan tetapi kembali jantung Wang Sin berdenyut aneh mendengar suara ketawa yang seram ini. Setelah tertawa bergelak tanpa menjawab pertanyaan Wang Sin, Ci Ying tiba-tiba mengangkat kedua tangannya, memandang kepada semua budak yang berdiri di situ sambil berseru, "Hai, kawan-kawan semua! Hayo kalian semua berlutut dan memberi hormat kepada tuan besar Ci Leng, ayahku!"

Para budak tidak ada yang berani membantah. Serentak mereka menjatuhkan diri berlutut, bahkan di antaranya ada yang mulai menangis untuk menyatakan kesedihan karena kematian Ci Leng. Wang Sin sendiri yang menaruh hormat kepada orang tua itu, tanpa ragu-ragu lalu berlutut pula memberi hormat. Ci Ying menangis dan tertawa bergantian seperti orang gila, kemudian ia berkata

"Wang Sin, ketika aku melarikan diri, aku diculik oleh anjing-anjing tuan tanah

Kemudian aku ditolong oleh Cheng Hoa Suthai yang selanjutnya membawaku ke Heng-toan-san dan aku menjadi muridnya. Guruku itu setuju aku turun gunung membasmi para tuan tanah, dan setuju pula aku menikah denganmu, dengan siapa saja yang ku suka. Aku hanya suka kepadamu seorang Wang Sin. Sekarang mari kita bersumpah di depan ayah untuk menjadi suami isteri seperti yang kita cita-citakan dulu."

Wang Sin sudah mengambil keputusan untuk memutuskan tali perjodohannya dengan Ci Ying, gadis yang sekarang berubah menjadi wanita menyeramkan ini. Ia tahu bahwa tidak akan mungkin ia mengawini gadis ini disamping isterinya. Maka dengan suara gemetar saking tegang hatinya akan tetapi dengan pandangannya jujur ia berkata

"Hal itu tak mungkin dilakukan, Ci Ying, karena ....."

"Apa katamu? Karena apa .....? Hayo katakan, kenapa kau menolak?" Suara Ci Ying berubah beringas, penuh ancaman

"Karena .....karena aku sudah menikah! Dia itu, Ong Hui puteri suhuku, dialah isteriku," jawab Wang Sin sambil menunjuk ke arah Ong Hui

Ci Ying menengok dan memandang Ong Hui yang tentu saja kelihatan jelas karena dia ini tidak ikut berlutut seperti semua orang yang berada di situ. Melihat bahwa isteri Wang Sin adalah wanita yang tadi hendak diserangnya, kekagetan hati Ci Ying berubah menjadi kemurkaan hebat. Mukanya yang tadi berubah agak pucat mendengar jawaban Wang Sin, kini menjadi merah dan matanya makin liar berapi

"Hei, kau berani merampas kekasihku? Kau sudah bosan hidup!" Sambil mengeluarkan pekik keras, tubuh Ci Ying mencelat dan ia mengirim serangan ke arah dada Ong Hui

Wang Sin yang sudah menaruh hati khawatir dan sudah siap siaga, melompat maju dan cepat menangkis. Serangan Ci Ying tadi hebat sekali, sampai-sampai Wang Sin yang menangkis dari samping terpental mundur tiga langkah dengan lengan terasa sakit. Akan tetapi pukulan Ci Ying itupun meleset tidak mengenai Ong Hui yang sudah meloncat ke kiri

Semenjak tadi, muka Ong Hui yang cantik itu sebentar pucat sebentar merah

Sebetulnya ia merasa amat kasihan kepada Ci Ying yang sudah ia dengar riwayat hidupnya dari Wang Sin. Semenjak dulu iapun sudah siap sedia dan rela untuk membiarkan suaminya itu menikah dengan Ci Ying kalau mereka dapat saling bertemu kembali. Hanya sama sekali ia tidak mengira bahwa Ci Ying tunangan suaminya itu ternyata demikian ganas wataknya. Betapapun juga ia mengenal aturan maka ia merasa berat hatinya seperti tertikam pedang ketika mendengar tuduhan Ci Ying bahwa ia telah merampas kekasih orang

"Enci Ci Ying......, sudah lama kami mencari-carimu. Kau menikahlah dengan dia kalau kau menghendaki....., aku..... aku biarlah aku pergi kalau kau tidak suka menjadi saudara tuaku....." Setelah berkata demikian, dengan isak ditahan nyonya muda ini membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ

"Hui-moi......!" Wang Sin memanggil isterinya. Ketika Ong Hui tidak menoleh dan juga tidak kembali ia melompat mengejar. Tiba-tiba angin bersiut di pinggir kanannya dan tahu-tahu Ci Ying sudah berdiri menghadang di depannya, memandang kepadanya dengan sinar mata marah dan mulut tersenyum mengejek

"Dia telah merampas hak orang lain dan sekarang pergi dengan aman, aku tidak turun tangan membunuh ia, juga sudah amat baik baginya."

:Ci Ying, dia.... dia isteriku...." kata Wang Sin dengan hati terpukul

"Hemmm, kalau aku.... apamukah? Sungguh rendah, dapat yang baru lupa yang lama

Apa kau hendak mengingkari janji lama yang diadakan oleh orang-orang tua kita?"

Wang Sin tidak dapat menjawab, ia bingung. Ia melihat bayangan isterinya sudah jauh sekali. Kembali ia hendak mengejar, akan tetapi dengan sekali dorong di pundaknya Ci Ying dapat menahannya, membuat Wang Sin hampir terjengkang. Orang muda ini kaget sekali dan maklum bahwa Ci Ying sudah memiliki kepandaian yang luar biasa dan ia takkan dapat melawannya

"Akan tetapi dia..... dia sudah mengandung. Ci Ying, kau kasihanilah dia......"

Wajah Ci Ying yang cantik itu berubah ketika sinar matanya kembali menjadi liar. Ia bertolak pinggang dan suaranya penuh ancaman. "Wang Sin, hanya ada dua jalan kalau kau hendak kembali kepada kuntilanak itu. Pertama kau bunuh aku kalau kau bisa, dan kedua aku akan mencari dia dan membunuh dia dan anaknya!"

Inilah kata-kata yang hebat, yang membuat jantung Wang Sin berdebar keras. Tak dapat ia mengambil keputusan di saat itu. Hati kecilnya berkata bahwa dalam hal ini, dialah yang salah. Ci Ying hanya menuntut haknya sebagai akibat dari ikatan jodoh yang lalu. Dia maklum akan hal ini maka ketika ia hendak dinikahkan dengan Ong Hui dahulu, dia sudah ragu-ragu dan sudah berterus terang kepada Ong Hui dan ayahnya. Akhirnya dia menerima karena dia berpengharapan kalau Ci Ying masih hidup, ia dapat mengawini tunangannya itu disamping Ong Hui

Siapa kira bahwa Ci Ying benar-benar masih hidup dan gadis ini tidak rela membiarkan dia menikah dengan wanita lain. Siapa kira Ci Ying sudah begini berubah, membuat cintanya yang dahulu lenyap. Cinta kasihnya yang dulu terhadap Ci Ying telah diganti dengan cinta kasih terhadap Ong Hui, terhadap isterinya, ibu dari calon anaknya

"Wang Sin, di mana semangatmu?" Ci Ying menegur. "Bukankah kau kembali untuk menolong kawan-kawan dan saudara-saudara kita? Benar kita sudah berhasil membasmi tuan tanah-tuan tanah dan kaki tangannya di Loka, akan tetapi bukankah musuh besar kita yang utama, si anjing Yang Nam, masih hidup?"

Wang Sin sadar mendengar ini. Baiklah, pikirnya, urusan penting ini diselesaikan dulu. Kelak mudah dia menyusul isterinya. Adapun tentang perjodohannya dengan Ci Ying, perlahan-lahan ia dapat menyadarkan gadis ini bahwa ikatan jodoh itu tidak mungkin dilanjutkan mengingat bahwa dia sudah mempunyai isteri lain, malah sudah hampir menjadi seorang bapak. Akan ia ceritakan perlahan-lahan kepada Ci Ying tentang pertemuannya dengan Ong Hui dan mengapa ia sampai menikah dengan gadis Han itu

Setelah kembali memikirkan nasib kawan-kawannya, para budak itu, bangkit kembali semangat Wang Sin dan ia dapat melupakan kebingungannya karena urusan pribadinya. Ia melihat semua budak dari dusun Loka sudah berkumpul di tempat itu dan segera ia mendengar laporan mereka

Ternyata bahwa semua tuan tanah telah melarikan diri berikut keluarga mereka, dilindungi oleh beberapa orang tukang pukul, pendeta dan alat-alat negara yang ikut melarikan diri ke utara. Dusun Loka sudah kosong ditinggalkan, yang ada hanya sisa para budak yang tidak tewas dalam pertempuran

"Nak Wang Sin dan Ci Ying, kalian telah menolong kami dari penindasan para tuan tanah di Loka, untuk itu kami merasa beruntung dan berterima kasih sekali. Impian yang sudah berabad-abad dimimpikan oleh para budak hari ini menjadi kenyataan

Akan tetapi, harap kalian tidak kepalang tanggung menolong kami," kata seorang budak tua yang bersemangat dan tadi ikut bertempur mati-matian

"Apa maksudmu paman tua?" tanya Wang Sin

"Masih ada tuan tanah dan kaki tangannya yang berhasil melarikan diri," jawab budak itu. "Sudah dapat dipastikan bahwa mereka tentu akan melaporkan diri ke Lasha

Kejadian hari ini di Loka tentu takkan dibiarkan begitu saja oleh pembesar-pembesar di Lasha, juga kematian pendeta-pendeta Lama yang membantu tuan-tuan tanah tentu takkan dibiarkan oleh pendeta-pendeta kepala di sana. Pembalasan tentu akan segera tiba dan sukar dibayangkan apa yang akan terjadi kalau bala tentara dan para pendeta itu datang membalas dendam ke sini,"

"Takut apa?" tiba-tiba Ci Ying berseru keras mengagetkan semua orang. "Biarkan mereka datang akan kuganyang satu demi satu?" Wang Sin mengerutkan kening dan menggeleng kepalanya

"Tidak bisa begitu, Ci Ying. Kau dan aku mungkin bisa menjaga diri dan melakukan perlawanan. Akan tetapi bagaimana dengan kawan-kawan yang lemah ini? Kalau pembalasan dari Lasha datang jumlah mereka tentu akan lebih banyak dan tidak dapat kita membiarkan kawan ini menjadi korban."

Ci Ying hendak membantah, akan tetapi setelah ia mulai berbaik kembali dengan tunangannya ini, tidak mau ia bertengkar. Ia tertawa dan berkata. "Kanda Wang Sin yang baik, terserah kau yang urus. Sebagai istrimu aku menurut saja."

Kecut-kecut hati Wang Sin mendengar ini, akan tetapi ia tidak dapat membantah, hanya tersenyum saja. Lalu ia menghadapi semua budak dan berkata, suaranya keras dan nyaring

"Kawan-kawan semua! Urusan menghadapi musuh kalian serahkan saja kepada aku dan Ci Ying. Sekarang harap kalian suka memenuhi permintaanku ini. Lebih dulu kalian urus semua jenazah kawan-kawan kita yang gugur, kubur baik-baik dan rawat yang terluka. Kemudian kumpulkan semua harta milik tuan tanah dan bagi-bagi yang rata. Setelah itu kalian harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini dan carilah penghidupan baru di tanah timur di mana kalian akan terbebas dari penghisapan dan penindasan tuan tanah yang kejam. Biar aku dan Ci Ying menjaga keamanan kalian sampai kalian dapat keluar dari tapal batas Tibet."

Semua budak setuju dan beramai-ramai mereka lalu bekerja siang malam. Permintaan Wang Sin ini dapat diselesaikan dalam waktu dua hari dan pada hari ketiga berangkatlah mereka itu, lebih dari tiga ratus orang budak, berbondong-bondong melarikan diri ke timur

Setelah mengawal rombongan pengungsi ini selama dua hari, Ci Ying lalu berkata kepada Wang Sin. "Cukup, kita tidak boleh mengawal terus. Kita harus kembali!"

"Kenapa?" tanya Wang Sin kaget

"Kita harus mengejar ke Lasha. Anjing Yang Nam masih belum mampus!" Ketika menyebut nama ini matanya memancarkan sinar kilat

Wang Sin mengangguk. "Kau betul, setelah sampai di sini, sebelum membasmi Yang Nam, tugas kita belum selesai. Membasmi pohon jahat harus dengan akar-akarnya, dan di antara semua musuh kita, Yang Nam paling busuk." Sama sekali dia tidak menyangka bahwa sebetulnya adanya Ci Ying mengajak dia kembali ke barat untuk menyerbu ke Lasha, sebetulnya karena gadis ini khawatir kalau-kalau Wang Sin hendak menyusul Ong Hui

Wang Sin lalu mengumpulkan para pengungsi dan berkata

"Sekarang kalian boleh melanjutkan perjalanan dan sebaiknya dilakukan secara berpencar. Kalau terlalu banyak bergerombol bisa menimbulkan kecurigaan dan juga lebih mudah terdapat jejak kalian kalau ada pengejaran." Wang Sin maklum bahwa nasib para budak ini belum tentu baik semua. Ada bahaya mereka bertemu orang jahat atau dapat dikejar oleh kaki tangan tuan tanah. Maka kalau berpencar, setidaknya bukan semua yang akan celaka

Para budak kecewa akan tetapi tak dapat membantah. Ketika mereka berkemas terdapat keributan tentang kawan-kawan yang terluka. Mereka saling menolak, keberatan kalau harus membawa kawan-kawan yang terluka berat dan tidak dapat berjalan sendiri

Memang, dalam penderitaan dan menghadapi bahaya orang-orang dapat bersatu padu dan saling membela, akan tetapi sekali keluar dari bahaya, sifat mementingkan diri sendiri timbul dan masing-masing hendak menyelamatkan diri dan keluarga sendiri

Wang Sin menjadi bingung melihat kegaduhan ini. Di antaranya para budak, yang terluka berat dan harus ditolong ada tiga puluh orang lebih. Mereka hendak berpencaran dan saling menolak untuk membawa kawan-kawan terluka. Bagaimana baiknya? "Coba kumpulkan mereka yang terluka berat ke sini!" tiba-tiba Ci Ying yang tidak sabar lagi membentak

Semua orang lalu sibuk, mengangkuti mereka yang terluka berat, dikumpulkan di lapangan. Yang luka-luka berat ini menyedihkan sekali keadaannya. Mereka terluka karena bacokan senjata tajam dan keluhan mereka menimbulkan sedih dalam hati

"Selain tiga puluh satu orang ini, yang lain-lain dapat berjalan sendiri?" tanya Ci Ying

"Bisa!" jawab para budak serampak

Tiba-tiba Ci Ying meloncat dan tubuhnya berkelebat seperti burung walet menyambar ke sana ke mari, tangannya kiri kanan digerakkan ke arah orang-orang yang terluka berat

"Ci Ying......!!" Wang Sin berseru kaget sekali melihat gadis itu sekali pukul membunuh orang yang terluka itu satu demi satu. Ia juga melompat hendak mencegah, akan tetapi gerakan Ci Ying luar biasa cepatnya, pukulan tangannya ampuh sekali sehingga dalam beberapa menit saja tiga puluh satu orang itu telah menggeletak tak bernyawa lagi

"Ci Ying, apa yang kaulakukan ini?" kata Wang Sin, suaranya gemetar karena ia menahan marahnya

Ci Ying tersenyum manis padanya. "Dibawa pergi, tidak seorangpun mau melakukannya. Ditinggal di sini, akan mati kelaparan. Tertangkap tuan tanah, akan mati disiksa. Bukankah lebih baik mati begini, tidak menderita?" jawaban ini tenang saja seakan-akan membunuh tiga puluh satu orang itu hanya soal kecil tak berarti saja

Kemudian ia berteriak kepada semua orang. "Hayo kubur mereka lalu lanjutkan perjalanan kalian!" Semua budak yang tadinya menjadi pucat karena ngeri, tidak berani membantah perintah nona yang hebat itu. Cepat mereka mengubur mayat tiga puluh satu orang kawan mereka itu, lalu mereka melanjutkan perjalanan dengan cepat dan ketakutan, khawatir kalau-kalau dapat dikejar tuan tanah

"Kanda Wang Sin, mari kita kembali, menuju ke Lasha."

Ketika mengucapkan kata-kata, sikap Ci Ying sudah berubah lagi, lemah lembut dan manis. Sepasang mata dan senyumnya membayangkan cinta kasih mesra. Ia malah menggandeng lengan tangan Wang Sin untuk diajak pergi. Orang muda itu menurut saja, berkali-kali menarik napas panjang. Tak dapat disangkal lagi, setelah Ci Ying bersikap manis seperti ini, terbayanglah hubungan mesra di waktu mereka masih remaja dahulu dan harus ia akui bahwa sebetulnya cinta kasih pertama yang bersemi di dalam hatinya masih belum mati

"Kanda Wang Sin, kau kenapa menghela napas?" tanya Ci Ying, bibirnya tetap tersenyum akan tetapi matanya yang jeli memandang penuh selidik

Wang Sin tidak mau kalau disangka ia menyedihkan perpisahannya dengan isterinya

Ia tidak mau membangkitkan cemburu di dalam hati gadis ini yang sekarang berubah menjadi seorang berwatak aneh. Ia hendak menyadarkan gadis ini perlahan-lahan

"Ci Ying, aku bingung melihat perubahan pada dirimu. Terhadap tuan tanah kau berlaku kejam, itulah sudah semestinya dan aku mengerti karena kita memang sejak lahir di dunia selalu menderita sengsara karena mereka. Akan tetapi tadi..... kau membunuh kawan-kawan sendiri yang terluka begitu saja seperti orang membunuh tikus.... ah, benar-benar aku tidak mengerti!"

"Membunuh orang-orang luka yang tidak ada harapan lagi, untuk menolong banyak orang yang masih sehat, bagaimana bisa dibilang kejam? Apalagi kalau diingat pembunuhan itu untuk menolong keselamatan mereka dan diri sendiri, lebih-lebih bukan kejam namanya. Kejam adalah tuan-tuan tanah dan kaki tangannya yang membunuh orang untuk kesenangan diri sendiri."

"Menolong diri sendiri?" tanya Wang Sin heran

"Tentu saja. Kalau mereka tidak dibunuh, perjalanan terlambat dan kita terpaksa mengawal terus. Kalau kita mengawal terus, kita tidak akan bergerak leluasa dan bebas kalau terjadi pertempuran. Tentu kita menjadi rugi dan terancam."

"Eh, kenapa begitu?"

Ci Ying cemberut. "Kau carilah sendiri. Hayo kita percepat jalan, sudah gatal-gatal tanganku untuk mencekik leher jahanam Yang Nam dan membetot keluar jantungnya."

Wang Sin tidak berkata-kata lagi, melainkan mengerahkan tenaga untuk mengimbangi kecepatan larinya gadis itu yang bergerak ringan sekali. Diam-diam hatinya mengeluh. "Ganas....... ganas......."

07 - Beranda - 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar